Badan Yang Menyusun Tulisan Dalam Surat Kabar – Tulisan-tulisan politik Kartosoewirjo di surat kabar Fadjar Asia tidak lepas dari propaganda Sarekat Islam tentang pentingnya berorganisasi dan kembali ke jalan Islam.
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada tahun 1905. Lima puluh tujuh tahun kemudian, pendiri Negara Islam Indonesia itu tewas tertembak regu tembak di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu.
Badan Yang Menyusun Tulisan Dalam Surat Kabar
Narasi yang meresapi seluruh hidupnya adalah tentang seorang pemberontak. Kecewa dengan pemerintahan republik di akhir masa revolusi, ia memutuskan menjadi gerilya di hutan-hutan Jawa Barat selama puluhan tahun.
Tahun Tribun Medan: Beginilah Proses Penerbitan Koran Tribun Medan
Jika menengok ke masa lalu sebelum Perang Pasifik, Kartosoewirjo muda sebenarnya adalah teman dekat Soekarno, presiden Indonesia pertama yang menandatangani hukuman mati. Ia juga lahir dari rahim tokoh gerak yang sama, Tjokroaminoto.
Pada tahun 1920-an, Kartosoewirjo dan Soekarno pernah menulis surat kabar Fadjar Asia. Dalam keseharian yang dijalin Agus Salim dan Tjokroaminoto, warisan politik Kartosoewirjo tersebar sebelum perceraian.
Lahir di tengah keterpurukan Sarekat Islam. Fadjar Asia terbit pertama kali pada November 1927. Didirikan oleh para anggota Sarekat Islam, surat kabar ini lahir setelah organisasi pergerakannya mengalami kemunduran pasca keruntuhan akibat masuknya pengaruh komunis.
Koran pertama dan utama di kalangan Sarekat Islam adalah Hindia Oetoesan, yang terbit pertama kali pada Desember 1912. Koran ini memiliki pembaca setia yang besar.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Pada tahun 1924, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar baru bernama Bendera Islam sebagai tanggapan atas isu kekhalifahan yang berkecamuk di kalangan negara-negara Islam setelah jatuhnya kekhalifahan Ottoman Turki.
Namun, bendera Islam hanya bertahan tiga tahun. Liga Islam kembali fokus pada nasionalisme Indonesia. Saat itulah lahir Fadjar Asia yang dianggap sebagai penerus bendera Islam.
Koran Satus Taun Haji Agus Salim (1984) yang terbit 10 sampai 12 halaman ini awalnya mendapat suntikan dana dari Raja Arab Saudi yang terkesan dengan ambisi Agus Salim untuk menyadarkan rakyat Indonesia. , agar mereka dapat membebaskan diri dan tanah airnya dari penjajahan asing.
Bertemu Raja ketika Agus Salim kembali dari Mekkah pada tahun 1927 saat menghadiri Konferensi Islam Dunia.
Karya Ilmiah Archives
“Raja kemudian ingin menyumbangkan uang, karena Agus Salim segera menerbitkan surat kabar. Upaya ini dilakukan bersama Tjokroaminot dan kawan-kawan lainnya dengan modal kuat,” tulis penulis buku tersebut.
Fadjar Asia yang tujuannya adalah “Informasi Islam tentang agama, adab dan politik”, yang saat itu diketuai oleh Agus Salim dan Tjokroaminoto. Dan Kartosoewirjo adalah editornya.
Surat kabar ini berkantor di Pasar Senen, Batavia. Tjokroaminoto kadang mengisi halaman depan, misalnya pada 21 Juli 1929, saat menulis tentang etika Islam untuk orang miskin.
Takashi Shiraishi, penulis Moving Age: People’s Radicalism in Java 1912-1926 (2005), mengatakan dalam Tjokroaminoto: Guru Para Pendiri Bangsa (2016) bahwa ada perbedaan mendasar antara Oetoesan India dan Fadjar Asia.
Bidik Kasus Edisi 979 By Media Bidik Kasus
Jika Oetoesan Hindia adalah surat kabar Sarekat Islam yang sangat berpengaruh karena dibaca banyak orang, maka Fadjar Asia hanyalah majalah internal Sarekat Islam, surat kabar yang terbit pada masa kemunduran organisasi.
“Fajar Asia muncul pada saat Negara Islam sedang merosot dan berada di bawah surat kabar sebelumnya,” kata Shiraishi.
Meski demikian, Fadjar Asia tetap menunjukkan keikhlasan membela rakyat yang tertindas. Agus Salim sebagai pemimpin harus turun ke lapangan, masuk ke areal perkebunan di pedalaman pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
“Dia (Agus Salim) melaporkan keadaan buruh yang pekerjaannya terhimpit upah serendah-rendahnya,” tulis penulis Seratus Tahun Haji Agus Salim (1984).
Redaksi: Badan Yang Menyusun Tulisan Dalam Surat Kabar
Melindungi umat dan mendorong kembalinya Islam Sebagai redaktur, Kartosoewirjo juga banyak menulis di surat kabar. Beberapa tulisannya di Fadjar Asia kemudian dikumpulkan dan diterbitkan dengan judul Nasib Rakyat ing Jajahan (2018).
Seperti tulisan-tulisan Agus Salim yang kerap menceritakan nasib rakyatnya, Kartosoewirjo juga menulis dengan gaya yang sama. Namun, dalam beberapa artikel ia berulang kali menekankan pentingnya ketundukan kepada Allah SWT dan kembali ke jalan Islam. Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, karena seperti yang telah kami tulis, surat kabar ini berposisi sebagai “informasi Islam tentang agama, adat dan politik”.
Dalam Fadjar Asia edisi 12 Februari 1929, Kartosoerwirjo menulis artikel berjudul “Rakyat dan Nasibnya”. Ia menyinggung nasib buruh kontrak di perkebunan yang dilanda bencana, gerakan yang terhenti selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, serta nasib gerakan lain yang tertinggal.
“Kita tahu atau paling tidak kita tidak tahu nasib dan malapetaka buruh bangsa kita di pesisir pantai Sumatera Timur yang terikat perjanjian yang sangat menistakan buruh,” tulisnya.
Struktur & Contoh News Item (berita Berbahasa Inggris)
Menurutnya, persoalan tersebut merupakan perpanjangan dari nasib bangsa Indonesia yang tidak pernah benar-benar merdeka. Sejak masa kerajaan hingga kedatangan bangsa Eropa, masyarakat selalu menjadi kelompok yang tertindas.
“[…] maka hanya raja yang dapat dianggap bebas, tetapi sejak itu orang hidup dalam gelombang perbudakan dan penghinaan yang paling rendah dan terdalam,” tambahnya.
Semula beliau mengatakan bahwa dalam situasi seperti ini tidak ada yang bisa menjadi sandaran dan perlindungan kecuali Allah SWT.
Sebelum Anda melamar bergabung dengan Sarekat Islam, salahkan dulu nasib buruk Anda pada mereka (Muslim) yang menganggap bahwa posisi Islam saat itu sangat “aneh” – tanpa menjelaskan arti kata tersebut. Setelah itu dia melanjutkan:
Pp 28 Tahun 2022 Tentang Pupn
“Namun demikian, kami senang dan tidak akan patah semangat, karena di tanah air kami ada gerakan yang hanya bersandar pada Islam dan Islam yang hanya ingin memuliakan Islam di atas segalanya.”
Tulisan-tulisan Kartosoewirjo dengan gaya ini menyebar ke seluruh Fadjar Asia, antara lain: “Masyarakat mulai menggunakan haknya” (16/2/1929), “Hak-hak rakyat jajahan mudah dilanggar” (23/2/1929), “The Bure of penderitaan rakyat” (27 April 1929), “Di manakah hak-hak rakyat?” (6/8/1929) dan lain-lain.
Dalam terbitan 3 Juni 1929, Kartosoewirjo menulis artikel berjudul “Masalah Buruh dan Majikan”. Dia melaporkan dua pekerja yang di-PHK oleh perusahaannya.
Menurut Kartosoewirj, kedua buruh itu tidak berdaya karena tidak bersatu. Bahkan jika mereka memiliki hak, mereka harus mengklaimnya. Kartosoewirjo kembali mengajak para pembaca untuk bergabung dalam organisasi yang ia ikuti.
Contoh Motivation Letter Bahasa Inggris Dan Cara Membuatnya
“Oleh karena itu, saya harap kalian semua pekerja […] dengan senang hati bergabung dengan gerakan kami sehingga kami dapat membuktikan semua yang kami inginkan dengan kekuatan kekuatan dan pikiran kami sendiri,” tulisnya.
Selain menekankan pentingnya kembali ke Islam dan berorganisasi untuk mengumpulkan kekuasaan, Kartosoewirjo juga menyinggung perilaku Belanda terhadap perempuan, terutama di perkebunan.
Dalam Fadjar Asia edisi 3 Juni 1929, ia menulis artikel marah berjudul “Taman Belanda Tempat Istri dan Anak Suka Bermain”.
Dengan tegas ia mengatakan bahwa orang kulit putih yang bekerja di ladang adalah orang yang jauh dari kesopanan dan kemajuan. Dia suka bermain dengan wanita, baik untuk nyai atau hanya untuk menggoda.
Media Indonesia 11 Desember 2021
“Wanita bangsa kita selalu diganggu keselamatannya sendiri oleh laki-laki dari sifat binatang yang tampaknya tidak tahu, atau benar-benar tidak tahu sopan santun,” tulisnya.
Dalam tulisannya, Kartosoewirjo menceritakan pengalaman seseorang bernama Siti Masiah di Sumatera. Wanita itu menceritakan perjalanan dari Siantar ke Prapat dengan menggunakan mobil. Selain dia dan wanita lain dari Toba dan Jawa, ada dua pria Belanda di dalam mobil itu. Ia duduk di antara dua orang Belanda itu.
Awalnya, turis asing mengundangnya untuk berbicara, dan ini tampak normal baginya, karena berbicara di jalan saja sudah biasa baginya. Kemudian salah satu dari mereka bertanya tentang isi paket bagasi: sebuah mesin tik. Dan orang Belanda mengira ada gramofon.
“Aeee, gramofonnya datang, kamu bisa membuatnya menyenangkan, minta dia mangkuk, kita bisa bermain, dan aku akan menari,” kata bule riang.
Kasus Penyelewengan Dana Amal: Seberapa Penting Peran Tata Kelola Organisasi Nirlaba?
Adiknya, Siti Masih, yang juga berada di dalam mobil, berkata: “Itu bukan pemutar rekaman, itu hanya mesin tik milik kakak saya.”
Kangmas lalu menunjuk Siti Masiah. Dan sebelum bahasa Belanda dapat berbicara lagi, Siti Masiah dengan cepat mengalahkannya dengan bahasa Belanda.
“Dari Jawa ke Delhi saya pergi dan menulis pendapat saya dengan mesin tik ini, catatan ini ada yang dicetak di koran dan ada yang dijadikan buku,” lanjutnya.
Mendengar kata-kata itu, orang Belanda itu langsung merasa malu. Sikapnya berubah menjadi sopan. Orang Belanda lainnya kemudian mencoba memberinya makan, tetapi dia menolak.
As’ad Humam, Kiai Legendaris Muhammadiyah Penemu Metode Iqro’
Menurut Sita Masiah, orang Belanda sudah lama tinggal di kebun dan terbiasa bersikap kasar kepada perempuan pribumi. Terlebih lagi, dia juga sering bersikap kasar dan mengolok-olok pekerja kontrak. Karena itu, mereka tidak mengenal dunia luar, terutama kota-kota tempat kelas terpelajar bisa berperang.
Kalau (Belanda) pergi ke luar kota atau jalan-jalan, mau coba [merayu] ibu-ibu berpendidikan, itu tidak mungkin,” katanya.
Dengan memasukkan cerita ini, Kartosoewirjo ingin mengkritisi Belanda yang kasar, sekaligus membangkitkan kesadaran perempuan pribumi tentang perlakuan bule, khususnya di perkebunan.
“[…] bangsa kita terkenal dengan kedermawanannya. Bahkan, sering diremehkan, atau lebih tepatnya diremehkan! semakin marah.
Contoh Judul Teks Editorial Yang Menarik Bisa Jadi Inspirasi
Hingga Fadjar Asia akhirnya berhenti terbit, pandangan politik Kartosoewirjo selalu dimuat di koran. Secara umum – karena surat kabar ini dijalankan oleh anggota Sarekat Islam – masalah yang tersebar tentang penderitaan manusia seringkali berakhir dengan solusi atau ajakan untuk bergabung dengan organisasi tersebut.
Ketika zaman berubah dan dia ingin menjadi musuh republik, akar pemikirannya dapat kita telusuri dari penggalan-penggalan pemikirannya ketika menjadi penulis di Fadjar Asia. Islam selalu menjadi tema dalam pikirannya.
Dan kemudian dihancurkan sebelum sejarah. Dalam pidato-pidato yang dikumpulkan dalam The Unfinished Revolution: Kumpulan Pidato Presiden Sukarno:
Fungsi tajuk rencana dalam surat kabar, menyusun kata menjadi kalimat yang benar dalam bahasa inggris, surat al ikhlas dalam tulisan arab, menyusun kalimat yang benar dalam bahasa inggris, cara menyusun surat lamaran kerja di dalam amplop, dalam menyusun suatu program langkah pertama yang harus dilakukan adalah, tulisan apa kabar dalam bahasa korea, contoh artikel dalam surat kabar, faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun program interval training, surat yasin dalam tulisan latin, yang dalam tulisan jawi, cara menyusun surat lamaran kerja yang benar