Qs Al Hajj Ayat 27

Qs Al Hajj Ayat 27

Qs Al Hajj Ayat 27 – “Wahai manusia, kamu ragu-ragu terhadap kebangkitan (dari kubur); maka (ketahuilah) bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari debu tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal darah yang sempurna dan ketidaksempurnaan daging itu, yang menciptakan kamu agar Kami jelaskan kepadamu ketika Kami masih dalam kandungan, apa yang akan Kami kerjakan sampai waktunya telah ditentukan, lalu Kami keluarkan kamu, lalu kamu menjadi dewasa (berangsur-angsur) dan sebagian dari kamu mati, ( beberapa) di antara kamu dipanjangkan sampai tua, sehingga dia tidak lagi mengetahui apa-apa yang telah diketahuinya. Kamu lihat tanahnya kering, lalu ketika Kami menyiraminya dengan air, maka bumi menjadi hidup, Dan tumbuh-tumbuhan yang indah tumbuh-tumbuhan. .(QS.22:5)Demikianlah, sesungguhnya Allah benar, Dialah yang membangkitkan semua orang mati, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, ((QS.22:6) “Sesungguhnya, akan tiba hari kiamat, tidak diragukan lagi. Allah membangkitkan setiap orang yang ada di dalam kubur. (Mazmur 22:7)”

Ketika Allah swt. Dengan menunjuk pada orang-orang yang menentang terjadinya Hari Kebangkitan dan orang-orang yang mengingkarinya, maka beliau menunjuk pada bukti kekuasaan-Nya yang menciptakan Hari Kebangkitan yang terlihat sejak awal penciptaan.

Qs Al Hajj Ayat 27

Qs Al Hajj Ayat 27

Maka beliau berkata: yaa ayyuHan naasu in kuntum fii raibin (“Wahai manusia, jika kamu ragu”), artinya keraguan. Minal b’tsi (“Pada hari kebangkitan”), inilah hari kepulangan, kebangkitan jiwa dan raga, inilah hari kebangkitan.

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Hajj Ayat 25

Fa innaa khalaqnaakum min turaabin (“Maka ketahuilah, bahwa Kami menciptakan kamu dari debu”), yaitu benihmu berasal dari debu. Dialah yang menciptakan Adam dari debu. Tsumma min tuth-fatin (“Menabur dari setetes air mani”) yaitu, dia menciptakan keturunannya dari setetes air yang keji. Tsumma min ‘alaqatin tsumma mim mudl-ghatin (“Jadi darah menggumpal, lalu daging menggumpal.”)

Artinya, setelah sperma membangun sarangnya di dalam rahim wanita, sperma tersebut menetap di sana selama 40 hari, semuanya bercampur dengan air. Kemudian atas izin Allah Ta’ala, air tersebut berubah menjadi gumpalan merah dan bertahan di sana selama 40 hari. Darah tersebut kemudian berkembang hingga menjadi “mudl-ghah”, segumpal daging yang belum membentuk bentuk dan garis. Dia kemudian mulai membentuk dan menguraikannya, dan kepala, dua tangan, dada, perut, dua paha, dua kaki dan seluruh tubuh terbentuk. Terkadang wanita mengalami keguguran sebelum bayinya terbentuk dan diberi makan, dan terkadang mereka mengalami keguguran setelah bayinya terbentuk dan diberi makan.

Terhadap hal ini Allah Ta’ala berfirman: tsumma mim mudl-ghatim mukhal-laqatiw wa ghairi mukhal-laqatin (“Jadi sepotong daging, sempurna maupun tidak sempurna”), yang telah kamu saksikan. Linubayana lakum wa nuqirru fil arhaami maa nasyaa-u ilaa ajalim masalum (“Agar kami dapat menjelaskan kepadamu dan menentukan di dalam rahim apa yang akan kami lakukan sebelum waktu yang ditentukan”), yaitu kadang-kadang masih ada air yang tersisa di dalam rahim, tidak boleh dilakukan aborsi. , tidak ada aborsi.

Sebagaimana dikatakan Mujahid dalam sabdanya: mukhal-laqatiw wa ghairi mukhal-laqatin (“peristiwa sempurna dan peristiwa tidak sempurna”), yaitu. aborsi dapat terjadi baik pada peristiwa sempurna maupun peristiwa tidak sempurna. Jika empat puluh hari berlalu dan dia dalam keadaan segumpal daging, maka Allah mengutus malaikat untuk menghembusinya, menguatkan dia dalam wujud cantik, jelek, laki-laki dan perempuan sesuai dengan kehendak Allah, dan mencatat rezeki dan kematiannya. , rasa sakitnya dan kebahagiaannya.

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Hajj Ayat 26 27

Sebagaimana diriwayatkan dalam asy-Shahihain dari Hadits al-Amasi karya Zaid bin Wahhab, Ibnu Mas’ud berkata: “Rasulullah saw. Beliau mengatakan bahwa beliau adalah orang yang jujur ​​dan amanah. sperma di dalam rahim ibu selama empat puluh hari, lalu berubah menjadi gumpalan darah selama empat puluh hari, lalu berubah menjadi gumpalan darah seperti gumpalan. Empat puluh hari makan daging. Kemudian diutus malaikat kepadanya, lalu dia menghembusinya dan diperintahkan untuk menuliskan empat hal: rezekinya, rezeki kematiannya, rezeki sedekahnya, dan apakah dia akan bersedih karena kesakitan atau bahagia.”

Kata-katanya adalah: tsumma nukh-rijukum thiflan (“Kalau begitu kami mengeluarkanmu sebagai bayi”), seorang bayi yang lemah secara fisik, pendengaran, penglihatan, sensorik, motorik dan intelektual. Kemudian Tuhan memberinya kekuatan sedikit demi sedikit dan dia mengembangkan rasa cinta kepada orang tuanya siang dan malam.

Untuk itu beliau bersabda: tsumma litablughuu asyuddakum (“Maka kamu akan menjadi dewasa”), yaitu kekuatanmu akan semakin sempurna dan kamu akan mencapai masa muda dan menjadi pribadi yang cantik. Wa minkum may yutawaffaa (“Beberapa di antara kamu juga mati di antara kamu”) merujuk pada masa ketika kamu masih muda dan kuat. Wa minkum may yuraddu ilaa ardzalil ‘umuri (“Dipanjangkan sebagian hidupmu sampai tua”), sampai tua, lemas, melemahnya kekuatan jasmani, kecerdasan dan pemahaman serta melemahnya secara berangsur-angsur syarat-syarat beraktivitas dan kemampuan. memikirkan.

Qs Al Hajj Ayat 27

Terhadap hal ini beliau bersabda: likailaa ya’lama mim ba’di ‘ilmin shai-an (“agar dia tidak lagi mengetahui apa-apa yang telah dia ketahui”), sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Allah, Dialah yang Dzat membawa semua orang.” Kamu keluar dari situasi yang lemah, lalu dia menjadikanmu kuat setelah kelemahan, dan kemudian dia menjadikanmu lemah dan abu-abu lagi setelah menjadi kuat. Dia menciptakan apa pun yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. (QS. Ar-Ruum : 54)

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Hajj Ayat 5 7

Sabda beliau: wa taral ardla Haamidatan (“Kamu lihat bumi ini kering,”) Ini merupakan satu lagi bukti kekuasaan Allah swt. Membangkitkan orang mati, sebagaimana Dia membangkitkan orang mati dan tanah kering, tanah tandus tanpa tumbuh-tumbuhan. “Ini adalah lahan tandus dan kering,” kata Qatada. “Itu tempat mati,” kata As-Sudi.

Jika Allah menurunkan air hujan ke atasnya, dan kemudian iHtazzat, yaitu, dia memindahkan tanaman tersebut, menyebabkan tanaman tersebut tumbuh kembali dan berkembang setelah mati. Kemudian tanamlah warnanya, buah-buahan dan tumbuhan yang berbeda-beda yang dikandungnya. Biarkan tanaman tumbuh dengan warna, rasa, bau, bentuk dan manfaat yang berbeda.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: wa ambabat min kulli jauzim baHiij (“Minumlah segala jenis tanaman yang indah”), maka akan tampak indah dan harum. Sabda-Nya: dzaalika bi-annallaaHa Huwal haqqu (“Sesungguhnya Allah Maha Benar”), Yang Maha Pencipta, Yang Menyelenggarakan, dan Pelaku segala yang dikehendaki-Nya. Wa annaHuu yuhyil mautaa (“Sesungguhnya Dialah yang menghidupkan semua orang mati”), yaitu Dia menghidupkan bumi yang mati dan melahirkan spesies darinya.

“Sesungguhnya Dia yang menghidupkannya juga Maha Kuasa menghidupkan orang mati, sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas semuanya.” (QS. Fushshilat : 39)

Quran Surah Stock Illustrations

Wa annas saa’ata aatiyatul laa raiba fiiHaa (“Tidak diragukan lagi akan datangnya hari kiamat”), ini merupakan peristiwa yang tidak dapat diragukan lagi. Wa annallaaHa yab’atsu man fil qubuur (“Allah membangkitkan semua yang ada di dalam kubur”), yaitu mengulangi penciptaan mereka setelah menjelma menjadi mayat di dalam kubur dan menghidupkannya kembali setelah menghilang.

Imam Ahmed meriwayatkan bahwa Abrisin al-Uqairy berkata: “Aku mendatangi Rasulullah dan aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, bagaimana cara Allah membangkitkan orang mati?’ Beliau menjawab, ‘Apakah kamu pernah berjalan melewati tanah yang tandus? Beliau menjawab, “Ya. “Begitulah bertambahnya hari,” katanya. “

Tags: agama islam, haji, quran, puisi, indonesia, ibnu katsir, islam, agama, surah, surah al-hajj, surat, surat al-hajj, tafsir, tafsir al-quran, tafsir ibnu katsir, Tafsir Ibnus tafsir al- quran, tafsir ibnu katsir, Tafsir Ibnusir Surah Al-Hajj Ayat 5-7 “Dan (ingatlah) ketika Kami memberi Ibrahim tempat di rumah Allah (dan berfirman): ‘Janganlah ada urusan denganku, dan bagi orang-orang yang berkeliling. shalat dan berbaring. (Qur’an 22:26) Jika kamu menyeru manusia untuk menunaikan haji, niscaya mereka akan mendatangimu dengan berjalan kaki atau menunggangi unta kurus yang datang dari segala penjuru. (Qur’an 22:27)”

Qs Al Hajj Ayat 27

Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia memberi Ibrahim tempat di Baitulla. Itu berarti dia memberinya instruksi, menyerahkannya dan membiarkannya dibangun. Kebanyakan orang menjadikan ayat ini sebagai bukti bahwa Ibrahim adalah orang pertama yang membangun Baitul Atiq (Ka’bah), karena belum pernah ada orang yang membangunnya sebelumnya.

Hajj Digital Print Hajj Poster Arafah Wall Art Islamic

Sebagaimana tercantum dalam “ash-Shahihain” : Beliau berkata, Aku bertanya kepada Abu Dar: “Ya Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun di bumi?” Beliau menjawab: “Masjid Tanah Suci.” Saya bertanya lagi, “Jadi apa?” Beliau menjawab: “Masjid Aqsa.” Saya bertanya, “Berapa jarak antara keduanya?” Dia menjawab: Empat puluh tahun. Sesungguhnya Allah berfirman: “Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk ibadah manusia adalah Rumah Allah di al-Baka.” (QS. Ali Imran : 96). Allah Ta’ala berfirman: “Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: ‘Sucikanlah Rumah-Ku bagi orang-orang yang menunaikan Tawaf, I’tikaf, Ruku’ dan Sujud.” (QS. Al-Baqarah : 125).

Dalam ayat ini Allah Ta’ala berfirman: allaa yusy-rikbii syai-an (“Jangan menghubungkan apapun denganku”), yaitu membangun rumah hanya dengan nama-Ku. Wa thaH-Hir baitiya (“Sucikan ini rumahku.”) Qatada dan Mujahid berkata, “Dari kemusyrikan.” Lith-thaa-ifiina wal qaa-imiina war-rukka-‘is sujuud (“Bagi orang-orang yang berjalan keliling berdiri, rukuk dan rebah”), yaitu. menyucikan rumah orang-orang yang beribadah kepada Allah SWT, maka mereka tidak mempunyai teman. “

Keutamaan Tawaf berpihak pada Ka’bah. Ini adalah ibadah khusus di Bait Suci, karena tidak dapat dilakukan di mana pun di muka bumi ini kecuali di Bait Suci. Wal qaa-imiina (“Orang yang berdiri”) mengacu pada waktu shalat.

Ke

Wa Adzin Finnasi Bil Hajji, Seruan Haji Dalam Surah Al Hajj: 27

Surah al hajj ayat 27, qs al hajj ayat 34, surat al hajj ayat 27, qs al hajj ayat 18, qs al hajj ayat 7, al hajj 27, al hajj ayat 27, qs al hajj, qs al hajj ayat 5, qs al hajj ayat 77, surat hajj ayat 27, qs al hajj ayat 1

Related posts